RENUNGAN PAGI: Yakobus 2:14-17
Jika kita mempunyai seorang kawan yang memerlukan makanan dan pakaian, lalu kita berkata kepadanya, “Nah, selamat jalan, semoga Allah memberkati engkau dengan cukup sandang dan pangan,” tetapi kita tidak memberinya pakaian atau makanan, apakah faedahnya? (Yak. 2:15-16, FAYH).
Jawabannya jelas: Tidak ada faedahnya!
Rasa simpati dan kata-kata simpati saja tidaklah cukup. Terhadap mereka yang lemah dan kekurangan perlu ada empati yang disertai tindakan nyata untuk membantu.
Empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia, s.v. “Empati”). Berempati adalah melakukan atau mempunyai empati. Apabila seseorang mampu memahami perasaan atau pikiran orang lain, berarti ia sudah mampu berempati (Ibid).
Orang yang berempati terhadap mereka yang lemah tidak sekedar dapat merasakan perasaan mereka, atau sekedar mengucapkan kata-kata simpati. Berempati terhadap mereka yang lemah artinya mampu memahami perasaan atau pikiran mereka, serta dapat mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan ataupun pikiran seperti yang ada pada mereka yang lemah itu.
Empati tidak berhenti pada perasaan dan kata-kata saja, tetapi biasanya dilanjutkan dengan tindakan nyata. Karena orang yang berempati itu mampu memahami perasaan dan pikiran mereka yang lemah, maka ia dapat bertindak sesuai dengan keadaan dan kebutuhan mereka yang sesungguhnya. Hal itu sudah tentu mendatangkan manfaat bagi mereka yang lemah, dan memuliakan Allah di surga. Disitulah terletak keindahan berempati terhadap mereka yang lemah.
Good morning. God bless you.
Andreas Loanka