Selamat datang di blog saya,
Pdt. Dr. Andreas Loanka, S.Th., M.Div.
Semoga blog ini bisa menjadi berkat buat Anda.
703 views

RENUNGAN PAGI: Kolose 3:18-19; Filipi 2:3

                Seorang istri yang bertabiat keras meminta nasihat seorang pengacara. “Saya membenci suamiku”, katanya memulai.  “Ia menyakiti hatiku dan membuat hidupku menjadi neraka di atas bumi ini. Saya ingin cerai dan membuat segala sesuatu sesulit mungkin baginya.”

                Pengacara itu mengatakan, “Tunggu dulu ibu!   Kalau cerai sekarang, suami ibu pasti tidak akan mengalami kesulitan seperti yang ibu inginkan!  Kalau ibu minta cerai saat ini,  justru suami ibu akan senang. Dia tentu akan merasa seolah-olah bebas dari cengkeraman macan.”

                “Lalu bagaimana?” tanya wanita itu.

                Pengacaranya menasihati, “Mulailah menghujani dia dengan pujian-pujian dan turutilah setiap keinginannya. Nanti setelah ia menyadari betapa besar ia membutuhkan dan memerlukan kehadiranmu, barulah engkau melanjutkan urusan perceraianmu.”

                Enam bulan kemudian, sang pengacara bertemu dengan wanita itu dan bertanya kepadanya, “Kapan ibu akan mengajukan permohonan perceraianmu?”

                “Apakah Anda gila?” jawab wanita itu dengan marah.  Kemudian ia mengatakan: “Kami sekarang ini hidup dengan sangat bahagia!”

                Indah sekali!  Keluarga yang hampir hancur bisa direkatkan kembali, dan dapat hidup bahagia.  Kuncinya ialah: adanya keinginan untuk saling menghargai, saling mengasihi dan saling memperhatikan. Meskipun mula-mula hal itu dilakukan dengan pura-pura oleh sang istri, tapi kemudian menjadi benaran karena ia mendapat respon yang baik dari suaminya.

               Menabur benci, menuai kehancuran. Menabur kasih, menuai kebahagiaan. Mula-mula memang dibuat-buat, tapi kemudian menjadi kesukaan.

                Dalam keluarga yang hampir hancur, perlu dibangun kembali saling menghargai dan kemudian saling mengasihi.  Demikian pula dalam setiap keluarga yang ingin bahagia, harus dipelihara dan dibangun saling mengasihi serta saling menghargai dan saling memperhatikan.

                Bukankah itu yang diajarkan dalam firman Tuhan secara berulang-ulang?  Di dalam Surat Filipi 2:3 kita dinasihati agar dalam hidup bersama kita tidak hanya mencari kepentingan diri sendiri, sebaliknya hendaklah kita dengan rendah hati dapat saling mengutamakan dan saling memperhatikan. Dalam Surat Kolose 3:18-19 dikatakan: “Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.  Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.”

 

Good morning. God bless you.

Andreas Loanka

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...