RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28
Paulus menjadi tahanan rumah di Roma. Ia ditangkap di Yerusalem dan dibawa ke Roma untuk diadili oleh kaisar karena ia adalah warga negara Roma. Setelah melalui perjalanan yang panjang, maka sampailah ia di kota Roma (tahun 61 M). Di sana ia menjadi tahanan rumah (Kis. 28:16) untuk menunggu keputusan kaisar Romawi perihal perkaranya, dan orang-orang lain diperbolehkan untuk mengunjunginya.
Paulus menggunakan kesempatan itu untuk memberitakan Injil di Roma. Memang sudah lama Paulus berkerinduan untuk mengunjungi kota Roma untuk menguatkan iman orang-orang percaya serta memberitakan kabar baik di sana. Saat itu kerinduannya terkabulkan, kendatipun ia tiba di Roma sebagai tahanan. Maka tiga hari sesudah ia berada di Roma, ia mengundang para pemimpin orang-orang Yahudi di Roma untuk berkumpul bersamanya (Kis. 28:17a). Setelah mereka berkumpul, ia mulai bersaksi kepada mereka (Kis. 28:17b-20). Para pemimpin yang mendengarkan kesaksian Paulus ingin mengetahui lebih banyak tentang apa yang disampaikannya dan mereka menentukan suatu hari bagi Paulus untuk berbicara lagi (Kis. 28:21-23a). Pada waktu yang ditentukan mereka datang kembali ke tempat tumpangan Paulus dalam jumlah yang lebih besar (Kis. 28:23b). Kesempatan itu digunakan Paulus untuk memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah dan berdasarkan hukum Musa serta kitab para nabi ia berusaha meyakinkan mereka tentang Yesus (Kis. 28:23b).
Bagaimana respon orang-orang yang mendengarkan berita Injil yang disampaikan rasul Paulus? Ada yang diyakinkan dengan perkataan Paulus dan menjadi percaya, tetapi ada yang tetap tidak percaya (Kis. 28:24). Sebagian orang yang mendengarkan Injil itu tetap mengeraskan hati dan tidak percaya. Kendatipun demikian, ada sebagian orang yang mau membuka hati mereka untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Hal ini patut disyukuri, karena Alkitab berkata: “ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat” (Luk. 15:7) dan “demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat” (Luk. 15:10).
Paulus tetap setia memberitakan Injil hingga akhir hayatnya. Selama dua tahun Paulus tinggal di Roma sebagai tahanan rumah, ia menerima semua orang yang datang kepadanya. Dengan terus terang dan tanpa rintangan ia memberitakan Injil Kerajaan Allah dan mengajaarkan tentang Tuhan Yesus Kristus (Kis. 28:30-31). Banyak orang di Roma, termasuk para prajurit dan keluarga pejabat, yang percaya kepada Tuhan Yesus oleh karena pemberitaannya. Setelah dibebaskan ia kembali melakukan perjalanan misinya untuk memberitakan Injil dan mengajar. Ia tetap setia menjalankan misi Allah hingga ia kembali ditahan di Roma (tahun 67 M) dan dieksekusi mati pada musim semi tahun 68 M oleh kaisar Nero (68 M).
Kita patut meneladani semangat dan teladan rasul Paulus dalam hal memberitakan Injil. Ia tetap setia dan bersemangat untuk memberitakan Injil baik pada saat bebas maupun pada saat dibelenggu, pada waktu keadaannya baik ataupun tidak baik. Semangat ini hendak ditularkannya kepada Timotius dan kepada setiap orang percaya, “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya…” (2Tim. 4:2).
Salam dan doa dari,
Pdt. Andreas Loanka
GKI Gading Serpong
