Selamat datang di blog saya,
Pdt. Dr. Andreas Loanka, S.Th., M.Div.
Semoga blog ini bisa menjadi berkat buat Anda.
1,666 views

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17

Labeling atau perilaku melabeli seseorang kita temukan di sekitar kita. Anak-anak melabeli teman sekolahnya. Orang tua melabeli anaknya sendiri, atau sebaliknya.  Sesama teman kerja pun bisa saling melabeli. Labeling sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang sering kita lakukan secara tanpa sadar kepada orang lain. Tidak hanya label positip, tetapi lebih sering jutru label negatip.

Labeling, yang secara sepintas seperti tidak ada salahnya itu, ternyata berbahaya. Terlebih lagi jika tidak sesuai dengan realita.  Dalam Labeling Theory (dipelopori oleh Edwin M. Lemert), ada suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pada saat kita sudah memberikan label tertentu pada seseorang, maka kita cenderung akan memperlakukan orang itu seperti label yang sudah diberikan, dan nantinya orang itupun akan mengikuti label yang sudah diberikan pada dirinya. Misalnya jika ada seorang anak yang diberi label bodoh, maka ia cenderung diperlakukan seperti anak bodoh, dan nantinya ia pun cenderung menjadi bodoh.  Seorang anak yang diberi label nakal dan diperlakukan seperti anak nakal maka nantinya juga akan menjadi nakal.

Stop labeling! Labeling akan membuat kita tidak bisa melihat orang lain secara benar, dan cenderung memperlakukan orang itu dengan cara yang tidak baik.  Peristiwa yang dicatat dalam Lukas 15:15 adalah salah satu contohnya. Diceritakan bahwa ada orang-orang yang membawa anak-anaknya yang kecil kepada Tuhan Yesus, supaya Ia menjamah mereka. Melihat itu murid-murid-Nya memarahi orang-orang tersebut.  Lho, kok bisa?  Apakah salah mereka sehingga dimarahi?  Mereka tidak salah, tetapi yang menjadi masalah adalah para murid sudah melakukan labeling.  Kemungkinan besar mereka sudah melabeli anak-anak kecil sebagai orang-orang yang nakal dan suka bikin keributan. Itulah sebabnya mereka langsung marah ketika anak-anak kecil itu dibawah datang kepada Tuhan Yesus.  Untunglah Tuhan Yesus sendiri melihat peristiwa itu, lalu memanggil mereka dan berkata: “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah” (Luk. 18:16).

Stop labeling! Labeling akan membuat kita cenderung salah menilai orang lain dan keliru di dalam mengambil keputusan.  Dalam 1 Samuel 16 diceritakan bahwa Samuel diutus Allah untuk pergi kepada Isai, yang tinggal di kota kecil Betlehem, sebab Ia telah memilih salah seorang di antara anak-anaknya untuk menjadi raja. Karena raja Israel yang pertama, yaitu raja Saul, adalah seorang yang tinggi perawakannya (1Sam. 9:2), maka Samuel melabeli seorang raja sebagai orang yang tinggi perawakannya (1Sam. 16:6-7a). Hal itu membuatnya keliru menilai dan mengambil keputusan pada saat melihat Eliab. Ketika anak sulung Isai itu masuk dan Samuel melihatnya, ia pun segera berpikir bahwa dialah calon raja yang diurapi Tuhan (1Sam. 16:6).  Tetapi Tuhan berfirman kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati” (1Sam. 16:7).

Stop labeling! Labeling akan membuat kita melihat orang lain secara sempit, dan tidak dapat melihat dirinya secara utuh.  Setelah ketujuh anak Isai lewat, ternyata tidak ada seorangpun di antara mereka yang dipilih Tuhan.  Lalu Samuel berkata kepada Isai: “Inikah anakmu semuanya?”  Jawabnya: “Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba” (1Sam. 16:11).  Setelah Daud dijemput dan datang, maka Tuhan berfirman: “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia” (1Sam. 16:12).  Daud yang dipilih Tuhan menjadi raja itu ternyata memiliki banyak sisi di dalam kehidupannya, sehingga orang tidak bisa melabelinya dengan satu label tertentu saja.  Jika hendak melabeli dia sebagai “Si Gembala,” karena ia adalah seorang gembala (1Sam. 16:11), jangan lupa bahwa di kemudian hari dia juga menjadi seorang raja (2Sam. 2:4).  Jika hendak melabeli dia sebagai “Si Cantik,” karena Alkitab menuliskan bahwa “ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok” (1Sam16:12), jangan lupa dia juga adalah pahlawan perkasa yang mengalahkan Goliat (1Sam. 17:45-50).  Jika hendak melabeli dia sebagai “Si Pahlawan,” karena ia membawa banyak kemenangan bagi bangsanya (1Sam. 18:6-7), jangan lupa bahwa dia juga adalah pecundang yang merebut istri orang lain dan mencelakakan sang suami hingga gugur di medan perang (2Sam. 11:1-27).   Jika hendak melabeli dia sebagai “Si Pecundang,” jangan lupa bahwa dia juga adalah orang berdosa yang bertobat (2Sam. 12:1-14) dan doa pengakuan dosanya telah menginspirasi dan memberkati banyak orang (Mzm. 51:1-21).  Baik terhadap Daud maupun orang lain, lebeling hanya membuat kita melihat dirinya secara sempit dan tidak dapat melihatnya secara utuh. 

Labeling, yang secara sepintas seperti tidak ada salahnya itu, ternyata berbahaya.  Labeling lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Oleh karena itu, adalah lebih bijak jika kita mengambil keputusan untuk stop labeling!  

Salam dari,

Pdt. Andreas Loanka

GKI Gading Serpong

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...