Selamat datang di blog saya,
Pdt. Dr. Andreas Loanka, S.Th., M.Div.
Semoga blog ini bisa menjadi berkat buat Anda.
7,792 views

[BINA IMAN] Markus 16:1-20

Tanggal 21 April bangsa kita merayakan Hari Kartini. Hari Kartini yang dirayakan setiap tanggal 21 April mengingatkan bangsa kita  tentang masalah emansipasi wanita. Bangsa Indonesia diingatkan tentang proses pelepasan diri kaum perempuan dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah dan dari pengekangan norma dan hukum yang membatasi kemungkinan-kemungkinannya untuk berkembang dan untuk maju.

Apakah proses emansipasi wanita itu sudah berjalan dengan baik?  Dalam beberapa segi, sudah! Tetapi dalam banyak segi yang lain masih jauh dari cukup.

Peranan kaum perempuan di tengah dunia, bangsa, masyarakat, keluarga dan gereja perlu mendapatkan perhatian. Tentu saja yang lebih perlu memperhatikannya adalah kaum perempuan itu sendiri. Laki-laki memang harus memperhatikan hal ini dan memberi ruang bagi sesamanya, perempuan. Tetapi kesadaran kaum perempuan tentang pentingnya peranan perempuan serta kemauan untuk menjalankan peranan itu jauh lebih penting.

Hari Kartini yang dirayakan bulan April, senantiasa tidak jauh dari perayaan peristiwa Kebangkitan Kristus yang biasanya jatuh pada bulan April juga. Peristiwa kebangkitan Kristus itu ternyata memperlihatkan pula kepada kita tentang pentingnya peranan perempuan. Oleh karena itu, tulisan ini diberi tema Peranan Perempuan Dan Kebangkitan Kristus.

Pagi-pagi benar pada hari Minggu, setelah matahari terbit di ufuk Timur, beberapa orang perempuan pergi ke kubur Yesus. Mereka adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome. Mereka hendak memberikan pelayanan terakhir terhadap mayat Yesus yang sempat tertunda karena hari Sabat. Sepagi mungkin setelah hari Sabat lewat, mereka berangkat dengan membawa rempah-rempah untuk meminyaki mayat Yesus.

Mengapa para perempuan? Bukankah masih ada murid-murid lain yang lebih gagah perkasa?  Hal ini memberi kesan dan pesan tertentu. Di dalam masyarakat patriakhal yang meminggirkan kaum perempuan, justru peranan kaum perempuan diberikan-Nya tempat yang sentral.

Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome diberikan kesempatan pertama untuk mendengar warta kebangkitan Kristus. Mereka pula yang pertama kali diberi kepercayaan untuk mewartakannya. Kaum perempuan yang seringkali dianggap lemah dan tersingkir justru diangkat sebagai duta dan pewarta kabar baik, sedang lelaki yang dianggap kuat justru digambarkan sebagai orang yang mula-mula tidak percaya atau ragu-ragu terhadap kabar baik itu.

Tiga perempuan itu, Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome adalah wakil perempuan-perempuan lainnya. Mereka diberi-Nya kepercayaan untuk  mengambil peranan karena cinta kasih mereka terhadap Tuhan Yesus.

Di dalam pelayanan Tuhan Yesus, para wanita yang senantiasa menyiapkan keperluan-Nya. Pada saat Ia bergumul menghadapi kematian, seorang perempuan yang datang mengurapi-Nya dengan minyak narwastu. Para wanita juga yang berani berada dekat dengan-Nya ketika Ia dipaku di atas kayu salib. Mereka tidak pernah menyangkal Yesus, melainkan terus menyertai Yesus hingga Ia mati dan mayat-Nya diletakkan dalam lubang kubur. Setelah lewat hari Sabat, pagi-pagi benar mereka sudah datang ke kubur Yesus.

Ada satu hal yang mereka cemaskan. Kelemahan fisik dan kecemasan psikis para perempuan yang terjadi dalam konstruksi budaya patriakhal membuat mereka tidak berdaya menghadapi kesulitan yang bakal terjadi. “Siapa di antara kita yang mampu menggulingkan batu kubur? Siapa yang mau melakukannya untuk kita?”, kata mereka seorang kepada yang lain. Kecemasan dan keluhan itu wajar, karena batu penutup lubang kubur sangat besar.

Apa yang mereka anggap sebagai kesulitan justru diselesaikan Allah bagi mereka. Ketika mereka berada dekat dengan kuburan, mereka melihat bahwa batu yang sangat besar itu sudah terguling. Hal ini penting untuk diperhatikan. Tidak sedikit dari kaum perempuan yang tidak maju bukan karena tidak bisa maju, tetapi mereka takut maju kerena mata, hati dan pikirannya hanya tertuju pada “batu penutup kuburan”. “Batu penutup kuburan” yang menghalangi perempuan untuk berperanan bisa berupa opini masyarakat, norma-norma dan nilai-nilai budaya yang sempit, perasaan takut, atau kurang percaya diri.

Batu kuburan itu telah digulingkan oleh Allah. Lalu mereka melangka maju ke kubur Yesus. Mereka tidak menemukan mayat Yesus di sana, tetapi mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan di dalam kubur itu.

Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome yang pertama mendengar berita kebangkitan Kristus. Kepada seorang di antara perempuan itu, Maria Magdalena, Tuhan Yesus mula-mula menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya. Mereka pula yang mendapat kepercayaan untuk menjadi saksi kebangkitan Kristus.

Proses pemanggilan untuk menjadi saksi kebangkitan Kristus diawali dengan penegasan Allah sendiri melalui malaikat-Nya, bahwa Yesus telah bangkit. Namun penegasan itu tidak akan ada artinya bila para perempuan itu masih dikuasai oleh ketakutan. Oleh karena itu, “Jangan takut” adalah pernyataan pertama yang paling dibutuhkan oleh orang yang mau menjadi saksi kebangkitan Kristus. Mereka  yang takut, Tuhan beri hati yang berani. Dengan keberanian baru itu, mereka siap menerima kabar baik bahwa Yesus telah bangkit dan siap menjadi saksi kebangkitan Kristus.

Mereka menjadi saksi pertama kebangkitan Kristus. Dengan berani mereka menyampaikan berita kebangkitan itu kepada murid-murid laki-laki Yesus, yaitu Petrus dan teman-teman, seolah-olah tanpa batas gender yang mengungkung kehidupan sosial saat itu. Lalu, bagaikan gelombang yang terus bergulung di dalam sejarah dunia, berita kebangkitan Kristus itu terus tersebar semakin luas dan semakin jauh sampai ke masa kini.

Perempuan memegang peranan penting dalam pelayanan, kehidupan, kematian dan kebangkitan Kristus. Tuhan Yesus tidak mengabaikan perempuan, apalagi menyepelekannya. Perempuan diberi tempat dan tanggung jawab yang tidak kalah pentingnya dari laki-laki.

Di hadapan Allah, perempuan sepadan dengan laki-laki. Artinya, tidak lebih rendah atau lebih tinggi. Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam sebagai “penolong yang sepadan” bagi Adam (Kej. 2:18, 21-22). Memang ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, misalnya perbedaan secara fisik, psikis dan karakter, tetapi keduanya sama-sama mahkluk yang dikasihi, dihargai, dipercayai dan dipedulikan Allah.

Kaum perempuan itu penting di hadapan Tuhan. Sama pentingnya dengan sesama mereka, laki-laki. Dalam banyak peristiwa kaum perempuan memegang peranan penting, meskipun dalam peristiwa lain laki-laki yang diberi peranan penting. Pentingnya perempuan bukan hanya masa lalu, tetapi juga masa kini dan masa yang akan datang.

Dunia saat ini membutuhkan saksi-saksi kebangkitan Kristus. Bukan kaum lelaki saja yang Tuhan panggil, tetapi juga kaum perempuan. Menjadi saksi itu perlu diwujudkan dalam hidup, pewartaan, pelayanan, dan peranan yang nyata.

Peranan wanita tidak hanya bersifat domestik, tetapi juga di gereja, masyarakat dan dunia.

Apakah Anda siap? (Ya, siapa takut!)

 

Andreas Loanka

 

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...