Selamat datang di blog saya,
Pdt. Dr. Andreas Loanka, S.Th., M.Div.
Semoga blog ini bisa menjadi berkat buat Anda.
3,730 views

[BINA IMAN] Matius 26:1-29

Hari Paskah sudah hampir tiba.  Gereja-gereja sudah mulai mempersiapkan diri untuk menyambut Paskah.  Bagi orang Kristen hari Paskah adalah hari yang penting.  Sebab pada hari itu umat Kristen memperingati hari kebangkitan Kristus.  Kristus sudah mati untuk menebus dosa manusia, namun pada hari yang ketiga Ia telah bangkit kembali.  Kebangkitan-Nya memberikan hidup yang penuh makna dan harapan.

Bagaimana persiapan yang diadakan orang dalam menyambut hari Paskah? Tentu ada bermacam-macam. Matius 26 memperlihatkan empat macam sikap manusia di dalam persiapannya untuk menyambut Paskah.

1. Menyambut Paskah dengan kebencian

Rupanya ada orang-orang yang menyambut Paskah dengan kebencian.  Kelompok pertama ini diwakili oleh imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi.  Menjelang Paskah mereka justru berkumpul di istana imam besar Kayafas dengan maksud merundingkan  rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia.

Orang-orang semacam “imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi” yang anti-Kristus itu masih ada pada dunia dan zaman kita. Mereka membuat rencana dan melakukan tindakan destruktif untuk menentang Yesus dan pengikut-pengikut-Nya.  Tentu saja bentuknya tidak sama dengan 2000 tahun yang lalu. Ekspresi yang timbul ke permukaan juga beraneka ragam. Mulai dari teror mental terhadap orang beriman, penutupan gereja, isu-isu yang merugikan kekristenan dan mempermalukan nama Tuhan, hingga produk hukum yang sangat membatasi dan berusaha “mematikan” derap langkah pemberitaan firman Tuhan.

Anak-anak Tuhan janganlah mudah terpancing untuk membalasnya dengan kebencian ataupun tindak kekerasan. Ingatlah ajaran Tuhan Yesus: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah untuk mereka yang menganiaya kamu” (Mat. 5:45).  Teladanilah Dia, yang di atas kayu salib masih dapat berdoa bagi mereka yang menyalibkan-Nya, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34).  Camkanlah ajaran Alkitab: “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik untuk semua orang!” (Rom. 12:17).

2. Menyambut Paskah dengan Pengkhianatan

Ada juga orang yang menyambut Paskah dengan pengkhianatan.   Kelompok kedua ini diwakili oleh Yudas, salah seorang dari kedua belas murid Tuhan Yesus, yang menjual Gurunya.

Yudas sebenarnya memiliki nama yang baik (Yudas = terpuji), tetapi sayang perbuatannya sungguh tidak baik. Ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya (Yoh. 12:6). Menjelang hari raya Paskah ia pergi kepada imam-imam kepala untuk menjual Yesus.

Yudas hanya memikirkan keuntungan sendiri. Dengan imbalan tiga puluh uang perak ia mengkhianati Tuhan Yesus. Ia tega menjual Guru dan Tuhannya demi kepentingan dirinya.

Bukankah pada masa kini juga terdapat para “pengkhianat” seperti Yudas? Bentuk yang paling sederhana dan pribadi adalah “saudara-saudara”  yang “menjual” Tuhan Yesus karena iming-iming materi, jabatan, pasangan atau masa depan yang lebih baik.  Bentuk yang lebih kompleks dan  menyesatkan adalah  guru-guru palsu yang menawan banyak orang dengan “filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus” (Kol. 2:8) atau menggantikan Injil Kristus dengan “injil lain” (Gal. 1:6-9). Mereka tega mendukakan hati Yesus demi kepentingan pribadi dan golongannya.

3. Menyambut Paskah dengan rutinitas

Kelompok ketiga ini diwakili oleh para murid.  Sesuai dengan tradisi Israel, murid-murid hendak mempersiapkan perjamuan Paskah bagi TuhanYesus.  Tetapi hal ini mereka lakukan hanya sebatas rutinitas.

Oleh karena kurang meresapi pengajaran dan pernyataan Tuhan Yesus tentang penderitaan yang akan ditanggung-Nya, maka mereka lebih memperhatikan pelaksanaan rutinitas Paskah daripada pribadi Kristus. Akibatnya Paskah itu tidak membawa perubahan apa-apa. Tidak ada perubahan hati dan pembaruan hidup.

Melalui perjamuan Paskah yang dihayati murid-murid secara tradisi itu, justru Tuhan Yesus mengisinya dengan makna yang sesungguhnya. Ia menjelaskan makna pengorbanan-Nya, yaitu tubuh-Nya diserahkan dan darah-Nya dicurahkan untuk pengampunan dosa.   Ia menetapkan bahwa Perjamuan Kudus harus tetap dilakukan oleh murid-murid-Nya sebagai peringatan dan pemberitaan akan Dia.

Bisa saja pada saat ini kita pun menyambut Paskah dengan segala kegiatan rutin tanpa penyesalan dosa, pertobatan dan pembaruan hidup. Kita ikut kebaktian Jumat Agung, Paskah dan Perjamuan Kudus, namun tiada perubahan berarti dalam hidup kita. Kita masih sama seperti yang kemarin, suka pada “perbuatan daging” (Gal. 5:19-21).

Janganlah kita menyambut Paskah hanya sekedar rutinitas.  Biarlah di dalam hati ada kerinduan untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus yang telah mati dan bangkit, serta dijamah oleh-Nya.  Kiranya Paskah membawa perubahan hidup dan pertumbuhan iman bagi kita.

4. Menyambut Paskah dengan Kasih

Betapa mengharukan tindakan wanita yang datang untuk mengurapi Tuhan Yesus.  Hal itu dilakukannya karena kasih.
Tindakan mengurapi Tuhan Yesus itu dilakukannya karena ia telah mendengar pemberitahuan tentang kematian-Nya yang mendekat. Sebab menjelang perayaan Paskah itu, sudah keempat-kalinya Tuhan Yesus memberitahukan tentang kematian-Nya (lihat: Mat 16:21; 17:22-23; 20:17-19; 26:2).  Cinta kasihnya kepada Tuhan Yesus yang menggerakkannya melakukan pengurapan itu.

Wanita itu berani membayar harga demi pelayanan kasih terhadap Guru dan Tuhannya.  Jika dihitung dari segi nominal apa yang dipersembahkan  wanita  itu tidaklah kecil nilainya,   yaitu 300 dinar   (= gaji seorang buruh selama setahun).  Tetapi pelayanan wanita itu berharga di mata Tuhan bukan semata-mata karena mahalnya minyak narwastu, melainkan karena kasihnya.  Motivasi kasih yang membuatnya berani menanggung segala resiko yang terburuk demi melakukan pelayaan yang terbaik untuk Tuhan.

Paskah kali ini hendaknya membuat kita benar-benar menyadari, mengetahui dan mengalami kasih Tuhan yang sedemikian panjang, lebar, tinggi dan dalam.   Biarlah kasih Tuhan itu memperteguh kasih kita kepada-Nya, dan kasih itu juga kita wujudkaan dalam pelayanan yang menjadi berkat bagi sesama.

Persiapan yang diadakan manusia dalam menyambut Paskah beraneka ragam. Matius 26 memperlihatkan kebencian, pengkhianatan, rutinitas dan perbuatan kasih yang mewarnai sikap manusia dalam menyongsong Paskah. Keadaan yang sama pun terjadi pada masa kini.   Oleh karena itu kita harus senantiasa mawas diri dan memohon pimpinan-Nya.

Marilah kita menyambut Paskah dengan kasih akan Tuhan.  Kasih akan Tuhan itu kita wujudkan dengan hidup yang memuliakan Dia dan menjadi saluran berkat bagi sesama.

Andreas Loanka

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...