Selamat datang di blog saya,
Pdt. Dr. Andreas Loanka, S.Th., M.Div.
Semoga blog ini bisa menjadi berkat buat Anda.
781 views

[RENUNGAN PAGI] Lukas 2:13-14

Kita sering mengukur level hidup kita pada:
•    Penampilan: “Apakah saya sudah tampak bagus?”
•    Pencapaian: “Apakah saya sudah mengerjakan dengan berhasil?”
•    Kekayaan dan kekuasaan: “Apakah saya sudah cukup penting dan cukup berkuasa?”
•    Penilaian orang: “Apakah yang dipikirkan orang tentang diriku?”

Keempat standart pengukuran itu berpusat pada diri kita sendiri dan perkara dunia yang tidak stabil dan fana.  Penampilan bisa memudar.  Keberhasilan dicapai sekarang bisa tinggal kenangan.  Kekayaan dan kekuasaan bisa habis lenyap.  Penilaian orang lain pada diri kita bisa berubah setiap waktu.

Marilah kita belajar dari standart pengukuran Yesus yang lahir di Natal pertama.  Bukan penampilan, keberhasilan, kekayaan, kekuasaan ataupun penilaian orang-orang yang diutamakan-Nya.  Tetapi kemuliaan Allah dan keselamatan umat manusia yang dipentingkan-Nya.

Ia rela meninggalkan takta surga yang mulia untuk datang ke dalam dunia yang hina.  Ia rela dilahirkan di sebuah kandang dan dibaringkan di dalam palungan.    Meskipun demikian,    bayi Natal yang sederhana itu membawa signifikansi yang besar.   Oleh-Nya manusia yang seharusnya binasa bisa memperoleh keselamatan.  Kelahiran-Nya membawa kemuliaan bagi Allah dan damai sejahtra di bumi.

Hidup Kristus memiliki signifikan karena Ia senantiasa memuliakan Allah dan memberkati sesama.
Seturut dengan kehendak Bapa, Ia rela datang ke dunia dengan cara yang sederhana.  Demi menyelamatkan manusia, Ia rela dipaku di atas kayu salib yang hina.

Tuhan Yesus peduli padamu.  Ia datang karena kasih-Nya padamu.  Ia rela mati di atas salib demi menyelamatkanmu.  Ia pun menganggapmu penting dan mau memakaimu menjadi rekan kerja-Nya.   Ia mau menyelamatkan hidupmu dan memakaimu  untuk mendatangkan kemuliaan bagi Allah dan  menghadirkan damai sejahtra di bumi.

Standart hidup yang Tuhan inginkan adalah hidup yang memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama: “Apakah hidup saya memuliakan-Nya?  Apakah hidupku bermakna bagi orang-orang di sekitarku?”

Bagaimana pun keadaanmu dalam hal penampilan, pencapaian, kekayaan, kekuasaan ataupun penilaian orang-orang, tetaplah tekun untuk menjadikan hidupmu memiliki signifikansi, baik di hadapan Allah maupun sesama.  Biarlah kehidupanmu dapat seperti pujian bala tentara surga: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Lukas 2:14).

Good morning! God bless you!

Andreas Loanka

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...