Selamat datang di blog saya,
Pdt. Dr. Andreas Loanka, S.Th., M.Div.
Semoga blog ini bisa menjadi berkat buat Anda.
1,374 views

[Renungan Pagi] Matius 13:1-9; Efesus 2:8-10

Anthony de Mello bertutur tentang seorang petani yang selalu mendapatkan hadiah utama dalam Perlombaan Tani Nasional. Petani tersebut mempunyai kebiasaan membagi-bagikan biji jagung yang baik kepada petani-petani di sekitarnya.  Pada suatu saat petani itu ditanya, “Mengapa engkau berbuat demikian?” 

Dengan berterus terang ia menjawab, “Sebenarnya saya melakukan hal itu untuk kepentingan diri saya sendiri.  Angin menerbangkan serbuk-serbuk sari dan membawanya ke ladang-ladang.  Maka kalau petani-petani di sekitar saya menanam jagung yang mutunya lebih rendah, penyerbukan silang akan menurunkan mutu jagung saya.  Itulah sebabnya saya memikirkan supaya mereka hanya menanam jagung yang paling baik.”

Petani itu melakukan suatu perbuatan yang baik, meskipun mungkin Saudara dapat mempertanyakan motivasinya. Ia hanya petani biasa yang berusaha melakukan apa yang baik. Baik bagi dirinya sendiri, dan baik juga untuk orang-orang lain di sekitarnya. Ia melakukannya dengan bijaksana.  Apa yang dilakukannya jauh lebih baik dari pada orang-orang yang mempunyai banyak pengetahuan tentang hal yang baik tetapi tidak melakukan apa-apa.

Tuhan menghendaki agar orang-orang percaya melakukan pebuatan yang baik (Mat. 5:16; Fil. 4:5) dengan maksud yang baik (Mat. 5:16; 1 Kor. 10:31). Memang benar bahwa kita diselamatkan bukan karena perbuatan kita, melainkan karena anugrah Allah yang kita terima dengan iman (Ef. 2:8-9). Meskipun demikian, kita harus ingat bahwa sebagai orang yang diselamatkan, kita sudah diciptakan baru dalam Kristus untuk melakukan perbuatan baik (Ef. 2:10).

Untuk dapat melakukan perbuatan yang baik, Tuhan sudah memberikan firman Tuhan yang tertulis, yaitu Alkitab, serta memberikan Roh Kudus untuk menolong orang-orang percaya agar dapat memahami firman Tuhan serta melakukannya.

Tuhan sudah memberikan benih yang baik kepada orang-orang percaya, yaitu firman Tuhan (Lukas 8:11). Benih itu harus ditanam di tanah yang baik agar dapat tumbuh dan berbuah lebat. Tanah yang baik itu adalah kwalitas hati yang mau mendengar, memelihara dan melakukan firman Tuhan.

Jangan biarkan hatimu seperti tanah yang dipinggir jalan, tanah yang berbatu-batu ataupun tanah yang dipenuhi semak duri (Mat. 13:1-7). 

Orang yang memiliki hati seperti tanah di pinggir jalan adalah orang-orang yang memiliki karakter yang gemar mengabaikan dan memandang remeh firman Tuhan. Benih kebenaran itu dibiarkan begitu saja diambil oleh si Jahat.

Orang yang memiliki hati seperti tanah yang berbatu-batu adalah orang yang memiliki karakter keras kepala. Benih firman itu dapat tumbuh sebentar, tetapi kemudian mati, karena dia tidak mau menyingkirkan batu-batu keras dan kedegilan dari dalam hatinya.

Orang yang memiliki hati seperti tanah yang bersemak duri adalah orang yang memiliki karakter yang dipenuhi oleh berbagai kekuatiran, kepahitan dan ketamakan.  Di dalam hidupnya firman kebenaran itu tidak dapat tumbuh dan berbuah karena terhimpit oleh kekuatiran, kepahitan dan ketamakan dirinya.

Milikilah hati yang bagaikan tanah yang baik (Mat. 13:8). Tanah yang baik itu adalah hati yang mau mendengar, memelihara dan melakukan firman Tuhan.  Dengan kata lain, ada karakter yang rindu dan terbuka untuk ditransformasikan oleh firman Tuhan. Hasilnya adalah pembaharuan hidup dan pertumbuhan, sehingga senantiasa menghasilkan buah yang melimpah dan bermanfaat bagi banyak orang.

Bagi kita, sebagai orang-orang berdosa, untuk memiliki hati yang bagaikan tanah yang baik dan subur bagi firman Tuhan memang tidak mudah. Syukurlah kepada Tuhan yang telah menebus kita melalui pengorbanan Kristus serta  memberikan Roh Kudus untuk menolong kita. Dengan pertolongan Roh Kudus kita dapat memahami firman Tuhan dan dimampukan untuk melakukannya.

Benih yang baik itu harus kita bagikan pula kepada orang-orang lain.  Biarlah benih firman itu dapat diterima oleh orang-orang di sekitar kita, sehingga benih itu tumbuh dan berbuah juga dalam kehidupan mereka.  Dengan demikian kita turut menciptakan lingkungan yang baik untuk memuliakan Allah.

Untuk membagikan benih firman, tidak cukup hanya dengan kata-kata, tetapi juga harus juga disertai dengan perbuatan yang baik. Oleh karena itu,  jadilah pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja (Yak. 1:22).  Ingatlah pepatah lama yang mengatakan: “Perbuatan berbicara lebih keras dari perkataan” (“Actions speak louder than words“).

Ingatlah firman Tuhan:

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat. 5:16)

Andreas Loanka

 

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...