Selamat datang di blog saya,
Pdt. Dr. Andreas Loanka, S.Th., M.Div.
Semoga blog ini bisa menjadi berkat buat Anda.
2,373 views

Renungan Pagi: 1 Raja-raja 17:8-16

Ada seorang janda di Sarfat yang hidup di dalam kekurangan bersama putra tunggalnya. Keadaannya menjadi lebih sulit ketika musim kemarau yang berkepanjangan melanda negrinya.  Uangnya habis dan persediaan makanannya menipis.  Kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam botol, ia sudah tidak punya apa-apa lagi.

Ia pergi mengumpulkan kayu api di dekat pintu gerbang kota untuk memasak bahan yang sedikit itu, supaya ia dan anaknya bisa makan. Itulah makanan mereka yang terakhir.

Pada saat janda itu sedang mengumpulkan kayu api,  nabi Elia datang dan minta air untuk minum kepadanya. Dengan iklas janda itu mengiyakannya. Ketika ia berjalan pergi untuk mengambilkan air, Elia berkata pula kepadanya,  “Bawakan juga sedikit roti bagiku.”

Pergumulan terjadi di dalam bathinnya.  Di satu sisi ia sudah tidak punya apa-apa kecuali sedikit bahan untuk makanan terakhir bagi dirinya dan putranya.  Di sisi lain seorang hamba Tuhan membutuhkan makanan. Suatu keputusan yang tidak mudah untuk dapat memberi dari kekurangannya.  

Setelah terjadi percakapan dengan Elia, janda itu percaya kepada firman Tuhan dan mengambil keputusan iman untuk memberi meskipun ia sendiri berkekurangan.  Ia membuat sepotong roti bundar untuk hamba Tuhan itu, kemudian ia membuat roti untuk dirinya dan anaknya.

Mujizat terjadi!  Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam botol itu tidak berkurang, seperti yang difirmankan Tuhan melalui nabi Elia.  Ia, anaknya dan hamba Tuhan itu mendapat makanan selama beberapa waktu lamanya.

Janda di Sarfat itu mengalami mujizat dari Tuhan justru setelah ia mengambil keputusan iman untuk memberi dari kekurangannya.  Dengan mengambil langkah iman untuk memberi, ia justru telah mengubah kekurangan menjadi kelimpahan.

Marilah kita belajar memberi dari janda di Sarfat. Memberi dari kekurangan, justru tidak membuat  orang semakin berkekurangan, melainkan semakin berkelimpahan.  Orang yang dapat memberi dari kekurangannya, tidak akan sulit untuk memberi dari kelimpahannya.

Memberi itu tidak selalu harus berupa memberi materi.  Memberi bisa juga dalam arti memberi kasih, waktu, kepedulian, perhatian, nasehat, doa,  pengetahuan, dan kebahagiaan.

 

Camkanlah firman Tuhan: “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kisah 20:35)

 

Good morning. God bless you.

Andreas Loanka

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...