Selamat datang di blog saya,
Pdt. Dr. Andreas Loanka, S.Th., M.Div.
Semoga blog ini bisa menjadi berkat buat Anda.
3,004 views

[BINA IMAN] Matius 7:21-27; Efesus 2:8-10

Orang-orang  Kristen pada umumnya mengalami pergumulan untuk menempatkan bersama sendi-sendi iman dan perbuatan.   Betapa mudahnya hubungan iman dan perbuatan itu menjadi tegang dan terputus.

Orang yang menyatakan diri sebagai orang beriman tidak dengan sendirinya memiliki perbuatan yang baik.  Tidak sedikit orang yang menyatakan diri sebagai orang beriman, tetapi tindakannya justru tidak seperti yang diharapkan.   Ada jurang yang terbuka antara iman dan perbuatan.

Perlu ada keinginan dan tindakan untuk menghubungkan kepercayaan dan praktek.    Di samping itu, sangat diperlukan anugrah dari Allah.   Anugrah Allah yang membuat seorang beriman dapat sungguh-sungguh berkeinginan dan berkemampuan untuk  mengintegrasikan iman dan perbuatannya.

1. Kita diselamatkan karena anugrah Allah dan oleh Iman

Keselamatan bukan hasil perbuatan.  Sebab jika kita mau mengandalkan perbuatan dan amal kebaikan sendiri untuk diselamatkan, hanya ada satu cara, yaitu kita harus sempurna.  Tetapi adakah manusia yang sempurna?  Tidak!  Alkitab menyatakan bahwa semua manusia adalah orang berdosa (Rom. 3:9-18, 23).

Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, tetapi oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena pebebusan dalam Kristus Yesus (Rom. 3:23-24).

Alkitab menjelaskan bahwa kita diselamatkan karena kasih karunia Allah yang kita terima dengan iman. Itu bukan hasil usaha kita, tetapi pemberian Allah; itu bukan hasil pekerjaan kita, sehingga tidak ada seorangpun bisa memegahkan diri di hadapan-Nya (Ef. 2:8-9).

2. Kita diselamatkan untuk melakukan perbuatan baik

Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik, tetapi kita diselamatkan untuk melakukan perbuatan baik.  Alkitab menyatakan bahwa orang yang diselamatkan  oleh anugrah dan iman itu diciptakan baru dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik (Ef. 2:10).

Bukan perbuatan baik yang menyelamatkan, tetapi perbuatan baik itu merupakan salah satu ciri atau tanda dari orang yang telah diselamatkan.  Sebab barang siapa yang ada di dalam Kristus ia adalah ciptaan baru (2 Kor. 5:17) dan Roh Kudus menolongnya untuk menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-23).

3. Perlu ada usaha untuk mengintegrasikan iman dan perbuatan

Iman dan perbuatan harus diintegrasikan.  Orang yang berseru kepada Tuhan tetapi tidak melakukan kehendak Allah tidak akan masuk ke dalam Kerajaan-Nya (Mat. 7:21).  Tuhan Yesus menghendaki agar orang yang berseru kepada-Nya juga melakukan kehendak Bapa-Nya.  Iman itu bukan hanya di bibir saja, tetapi harus tertanam di dalam hati dan terwujud dalam tindakan.  Perlu ada keinginan dan  tindakan  untuk menghubungkan kepercayaan dan praktek. Perlu ada usaha untuk mengintegrasikan iman dan perbuatan.

Orang-orang, yang menyampaikan pesan Allah serta mengusir roh-roh jahat dan melakukan perbuatan ajaib dalam nama-Nya tetapi senantiasa melakukan kejahatan, tidak berkenan di hadapan-Nya (Mat. 7:22-23).   Tuhan menghendaki agar orang yang melayani-Nya berusaha menjauhi kejahatan.   Para “pelayan” yang hidup dalam kejahatan tidak sungguh-sungguh mengenal Dia dan hidup di dalam Dia (1 Yoh. 1:6; 3:6).   Para pelayan Tuhan hendaknya mengintegrasikan iman dan panggilannya dengan seluruh hidup dan perbuatannya.  Untuk itu diperlukan usaha dari pihak manusia dengan bersandar pada anugrah Allah.

4. Bukan hanya pendengar firman, tetapi juga pelaku firman

Firman Tuhan adalah sarana untuk membuat iman dan perbuatan terintegrasi.  Firman Tuhan mengajarkan kebenaran untuk meneguhkan iman, dan sekaligus menegur dan membetulkan perbuatan yang salah, dan untuk mengajar manusia supaya hidup menurut kehendak Allah (2 Tim. 3:16).

Agar iman dan perbuatan dapat terintegrasi maka hendaknya kita tidak hanya menjadi pendengar firman yang baik, tetapi juga pelaku firman yang baik.  Firman Tuhan bukan hanya untuk didengar lalu dilupakan, melainkan untuk dihayati dan dilakukan (Yak. 1:21-25; 2:17).

Orang yang mendengar firman Tuhan dan melakukannya sama seperti orang bijak yang membangun rumahnya di atas batu. Pada waktu hujan turun, dan air banjir datang serta angin kencang memukul rumah itu, rumah itu tidak roboh sebab telah dibangun di atas batu.   Orang yang mendengar firman Tuhan tetapi tidak melakukannya sama seperti orang bodoh yang membangun rumahnya di atas pasir. Pada waktu hujan turun, dan air banjir datang serta angin kencang memukul rumah itu, rumah itu roboh dan kerusakannya hebat sekali! (Mat. 7:24-27).

Saudara-saudara yang terkasih, janganlah kita menjadi orang yang bodoh, tetapi hendaklah kita menjadi orang yang bijak.   Marilah kita rajin mendengar firman Tuhan dan setia melakukannya.

Perlu ada keinginan dan tindakan untuk menghubungkan kepercayaan dan praktek.   Bersandar pada anugrah Allah, marilah kita berusaha mengintegrasikan iman dalam perbuatan.  Dengan demikian apa yang diimani dapat terwujud dalam tindakan, dan perbuatan memperteguh kepercayaan.

 

Andreas Loanka

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...