Selamat datang di blog saya,
Pdt. Dr. Andreas Loanka, S.Th., M.Div.
Semoga blog ini bisa menjadi berkat buat Anda.
1,824 views

[BINA IMAN]

Pada umumnya orang tidak suka menderita.  Tetapi celakanya, penderitaan selalu hadir tanpa disangka.  Tidak diundang dan tidak disapa, tetapi derita datang mendera.

Saat  penderitaan kuat menerpa, dalam hati timbul berbagai tanya.   ”Mengapa begini? dan mengapa begitu?” muncul di hati dan terucap di kata.  Bukan hanya yang tidak percaya, orang-orang beriman bergumul juga.

Penulis pernah ditanya,”Kalau benar Allah memelihara, mengapa kita menderita?”   ”Di manakah Allah berada, sehingga umat-Nya diterpa malapetaka?”   ”Kalau Allah yang mahakasih adalah mahakuasa, mengapa bencana melanda dunia?”

Bertanya itu tidaklah salah, karena begitulah natur manusia.   Dengan banyak bertanya, kita dapat banyak tahu.  Semakin suka bertanya, maka semakin cepat bertumbuh.

Satu hal perlu ditanya: ”Mengapa kita bertanya?”  Apa motivasi dan asumsi di baliknya?    Ada yang bertanya karena ragu, yang lain bertanya karena percaya.   Kaum atheis dan skeptis bertanya untuk menyerang dan memojokkan, dengan tujuan menggugurkan iman orang-orang percaya.   Kaum beriman bertanya untuk menjawab pergumulan dan meneguhkan kepercayaan, sehingga semakin mengenal Allah dan kehendak-Nya.

Ada orang yang mengggunakan penderitaan untuk membenturkan kasih dan kuasa Allah.  Kalau Allah mahakasih tentu Ia tidak menghendaki manusia menderita, dan kalau Allah itu mahakuasa tentu Ia mampu melakukan segala perkara untuk menghindarkan umat-Nya dari derita.   Dengan adanya realita penderitaan, maka mereka berkata: ”Mungkin Allah tidak mahakasih,  mungkin Ia tidak mahakuasa, atau mungkin pula tidak kedua-duanya.”

Pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab melupakan kedaulatan dan kehendak Allah, mengabaikan peran dan pencobaan Iblis, meniadakan keberdosaan dan keterbatasan manusia, serta menafikan kerusakan alam karena kejatuhan manusia dalam dosa dan kecerobohannya.

Ada saatnya Allah mengijinkan umat-Nya menderita untuk membentuk atau mendisiplin mereka.   Alkitab menyatakan:

”Janganlah melupakan nasihat Allah ini, yang diberikan kepadamu sebagai anak-anak-Nya: ’Anak-Ku, perhatikanlah baik-baik ajaran Tuhan, dan janganlah berkecil hati kalau Ia memarahimu.   Sebab Tuhan menghajar setiap orang yang dikasihi-Nya, dan Ia mencambuk setiap orang yang diakui-Nya sebagai anak-Nya.’   Hendaklah kalian menerima cambukan dari Allah sebagai suatu hajaran dari seorang bapak. Sebab apakah pernah seorang anak tidak dihukum oleh bapaknya? Kalau kalian tidak turut dihukum seperti semua anaknya yang lain ini berarti kalian bukan anak sah, melainkan anak yang tidak sah.”  (Ibr. 12:5-8, BIS).

Ada kalanya penderitaan datang dari Si Iblis untuk mencobai dan menjatuhkan manusia.  Kisah Ayub adalah contoh yang gamblang tentang peranan Iblis dalam penderitaan.  Ayub adalah orang yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayb. 1:1).  Kesalehannya dipuji Allah (Ayb. 1:8), tetapi hal itu justru menyebabkan ketidak-senangan Si Jahat (Ayb. 1:9). Iblis hendak mencobai Ayub untuk menjatuhkan imannya (Ayb. 1:10-11; 2:4-5).  Allah mengijinkannya sebagai ujian untuk menyatakan bahwa Ayub memang tahan uji (Ayb. 1:12; 2:6).   Ayub menghadapi penderitaan yang berat. Seluruh hartanya habis dalam sehari, dan pada hari yang sama semua anaknya mati.  Selain itu, Iblis juga menimpakan kepadanya sakit barah yang sangat berat (Ayb. 1:7).  Meskipun penderitaannya dahsyat, Ayub masih bisa memuji Allah (Ayb. 1:21) serta mau menerima kenyataan dan tidak berbuat dosa dengan bibirnya (Ayb. 1:10).  Allah berkenan kepada Ayub.  Pada akhir cerita, Ia memulihkan keadaan Ayub dan memberkatinya berlipat ganda (Ayb. 42:7-17).

Penderitaan bisa pula disebabkan oleh karena keadaan, perbuatan orang lain, ataupun kesalahan diri sendiri.  Oleh sebab itu kita perlu senantiasa mengintrospeksi diri.  Kalau hal itu diakibatkan kesalahan sendiri, baiklah kita mengaku dosa dan dan memperbaharui diri di hadapan Allah.  Kalau itu bukan karena kesalahan kita, baiklah kita menghadapinya dengan iman yang teguh kepada-Nya.

Di kala sengsara datang melanda, hendaklah kita tetap tabah.  Ada banyak penyebab derita, tetapi tidak di luar pengetahuan Allah.  Ia mengijinkan umatnya menderita adalah untuk membentuk supaya berbuah (Yoh. 15:1-2), untuk menguji agar bertumbuh makin kuat (Yak. 1:12), atau untuk menghajar anak-anak yang dikasihi-Nya (Ibr. 12:7-8).  Oleh karena itu, hendaklah kita tetap percaya walau menderita.

Kita tahu bahwa Allah mengatur segala perkara, sehingga menghasilkan yang baik untuk orang-orang yang mengasihi Dia dan yang dipanggil-Nya sesuai dengan rencana Allah (Rm. 8:28).

Andreas  Loanka

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...