[RENUNGAN PAGI] Mazmur 15:1-6
Orang NATO tidak disukai banyak teman-temannya. Ya, siapa yang suka orang yang “no action talk only”? Orang yang hanya bisa bicara tetapi tidak mau melakukannya tentu tidak disukai banyak orang.
Tuhan juga tidak berkenan kalau umat-Nya hanya bisa berbicara namun tidak ada aksi. Dalam ajaran Alkitab, ada kaitan yang erat antara ibadah dan hidup, antara doa dan melaksanakan kehendak Tuhan. Ibadah bukan hanya berhubungan dengan pertemuan ibadah (Ibr. 10:25), tetapi juga persembahan diri (Rom. 12:1) dan pelayanan kasih (Yak. 1:27a). Doa bukan hanya memohon kepada Allah, tetapi juga supaya semakin memahami kehendak Allah untuk dilakukan (I Yoh. 5:14; Mat. 6:9-10). Tuhan tidak berkenan pada ibadah dan doa tanpa pertobatan serta hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Pertobatan yang arti harafiahnya “mengubah pikiran”, dalam konteks Alkitab mengacu pada perubahan pikiran mengenai dosa dan kejahatan. Dalam Alkitab, pertobatan dilihat sebagai unsur dasar dari respon manusia kepada Allah, dan biasanya dikaitkan dengan iman. Orang yang bertobat adalah orang yang berbalik dari dosa kepada Kristus (Mrk. 1:15; Kis. 2:38; 20:12).
Pertobatan tidak terbatas pada permulaan pengalaman Kristen, yaitu saat mula-mula percaya kepada Tuhan Yesus. Orang-orang percaya terpanggil pada pertobatan yang berlangsung sepanjang hidupnya. Setiap kali ia sadar sudah berbuat dosa, ia harus bertobat. Sikap pertobatan atau perasaan hancur di hadapan Allah, kematian setiap hari terhadap diri sendiri dan dosa, merupakan tanda keakraban dengan Allah dan kedewasaan sejati.
Mazmur 15 tersusun dari pertanyaan (ayat 1), jawaban (ayat 2-5b), dan pernyataan yang berisi jaminan keselamatan (ayat 5c). Sebelum memasuki Bait Suci, setiap orang Israel diminta untuk bertanya kepada Tuhan tentang siapa yang Dia perkenan untuk menghadap-Nya di Bait-Nya yang suci. Pertanyaan itu dijawab dengan menyatakan bahwa orang yang boleh datang kepada Tuhan adalah orang yang hidup tidak bercela, melakukan keadilan, mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, tidak melakukan yang jahat kepada sesamanya, menjauhi orang yang disingkirkan Allah, dan menghormati orang yang takut akan Tuhan. Siapa yang berlaku demikian tidak akan goyah selama-lamanya.
Ibadah itu bukan hanya doa dan liturgi, tetapi juga aksi. Tuhan Yesus menegaskan kembali dan menyempurnakan ajaran ini. Ia mengatakan, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Mat. 7:21), dan “Penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Bapa di dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:23). Ia juga menegaskan bahwa seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi tergantung pada hukum kasih, yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama (Mat. 22:37-40). Oleh karena itu, hendaklah ibadah dan doamu dinyatakan juga dengan hidup pertobatan dan aksi yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Andreas Loanka