Selamat datang di blog saya,
Pdt. Dr. Andreas Loanka, S.Th., M.Div.
Semoga blog ini bisa menjadi berkat buat Anda.
1,899 views

[RENUNGAN PAGI] Yohanes 20:24-25

Ada sebagian orang yang berpendapat “seing is believing”. Mereka perlu melihat bukti dahulu barulah mereka bisa percaya.  Kepercayaan mereka didasarkan pada apa yang mereka lihat.

Pandangan seperti itu untuk kasus-kasus tertentu memang bisa diterapkan. Seorang atasan tentu perlu melihat etos kerja dan kesetiaan bawahannya sebelum bisa menaruh kepercayaan penuh kepadanya. Seorang dokter perlu melihat berbagai hasil pemeriksaan seorang pasien untuk meyakinkan apa sebenarnya penyakitnya sehingga dapat memberikan tindakan yang tepat. Seorang penyidik perlu melihat bukti-bukti yang akurat untuk menetapkan siapa sebenarnya yang menjadi tersangka. Kendatipun demikian, kita harus menyadari bahwa hal itu tidak dapat diterapkan untuk semua kasus.

Ada hal-hal tertentu yang tidak dapat atau belum kita lihat, tetapi kita dapat mempercayai keberadaannya. Kita tidak dapat melihat nyawa kita sendiri, tetapi itu tidak berarti bahwa nyawa kita tidak ada. Kita tidak dapat melihat otak kita, tetapi kita percaya bahwa kita punya otak. Mungkin kita belum pernah melihat gunung Everest yang memiliki puncak yang tertinggi di dunia, namun kita mempercayai kenyataan itu.

Dalam kehidupan beriman, ada sebagian orang yang selalu minta bukti. Kalau tidak melihat bukti mereka tidak mau percaya.

Thomas adalah orang yang memiliki tipe seperti itu. Ia  tidak hadir pada saat Tuhan Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Ketika mereka memberitahukan kepadanya bahwa mereka telah melihat Tuhan, bagaimana respon Thomas? Bukannya percaya dan bersukacita, tetapi dia justru mengatakan, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.

Di sini kita melihat watak Tomas yang peragu. Ia telah melihat Tuhan Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan. Hal itu membuatnya sangat sedih. Tetapi teman-temannya mengatakan bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit dan mereka telah melihat Dia. Ia meragukan hal itu. Ia minta bukti. Ia ingin melihat dan meraba Tuhan Yesus dulu sebelum bisa percaya pada Yesus yang telah bangkit.

Pada saat ini ada juga orang yang seperti Tomas. Untuk percaya perlu melihat bukti dulu. Agar bisa percaya, mereka lebih dulu minta mujijat, keajaiban, kesembuhan, penglihatan, suara dari surga, dan sebagainya. Tanpa semua itu mereka tidak mau percaya.

Ingatlah kata Tuhan Yesus: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh. 20:29b).

 Andreas Loanka

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...