Renungan Pagi: Ulangan 6:4-9
“Shema” adalah sebutan umat Israel terhadap Ulangan 6:4-9. Hal ini dikarenakan ayat ini dimulai dengan kata “Shema”, lengkapnya: “SHEMA’YISRA’EL HASHEM [YEHVAH] ‘ELOHEYNU HASHEM [YEHVAH] ‘ECHAD”. Artinya: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa” (Ul. 6:4).
Dalam “Shema”, yang merupakan pengakuan iman umat Israel masa Perjanjian Lama, tercakup pengajaran-pengajaran yang sangat penting. Pertama, suatu kredo bahwa Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa. Kedua, agar kita mengasihi Tuhan dengan sepenuhnya. Ketiga, agar kita senantiasa memperhatikan perintah-Nya dan mengajarkan kepada anak cucu kita.
“Shema” diterjemahkan LAI dengan kata “dengarlah”, tetapi maknanya lebih dari sekedar mendengar. Seperti yang dituliskan oleh Pendeta Rinto, “Kata syema (penulis: shema) dapat diartikan: mengerti, memahami, atau patuh. Atau, dalam arti lebih luas, kata syema berarti ajakan untuk ‘mendengar dengan sungguh-sungguh dan mentaatinya’” (Rinto Tampubolon, Dian Penuntun Edisi 14, hal. 256).
Jadi, kita harus mendengarkan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh dan mentaatinya. Bukan hanya sekedar mendengar, melainkan mendengarkan dengan sepenuh hati, pikiran, dan ketaatan.
Mendengarkan Tuhan melibatkan pikiran. Pikiran yang mengenal Tuhan dan mengakui keberadaan-Nya: “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ul. 6:4b) Tuhan itulah Allah kita, bukan illah-illah yang lain. Dialah satu-satunya Allah kita, maka kita harus mengakui-Nya, mengenal-Nya, dan memahami kehendak-Nya.
Mendengarkan Tuhan melibatkan hati, yaitu hati yang mengasihi Dia. Firman yang disampaikan melalui Musa (Ul. 6:5), kemudian ditegaskan kembali oleh Tuhan Yesus: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu” (Mrk. 12:30). Hati yang mengasihi Tuhan itu harus diwujud-nyatakan dengan mengasihi sesama (Mrk. 12:31; bd. 1 Yoh. 4:20-21).
Mendengarkan Tuhan melibatkan tindakan ketaatan. Apa yang diperintahkan Tuhan hendaklah kita perhatikan, yaitu kita taati dan kita lakukan (Ul. 6:6). Lebih dari itu, hendaklah kita mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anak kita (Ul. 6:7a). Hendaklah kita membicarakannya di dalam rumah dan di luar rumah, waktu beristirahat dan waktu bekerja (Ul. 6:7b, BIS).
Hai umat Tuhan, dengarkanlah suara Tuhan! Janganlah hanyut dalam berbagai persoalan, kekuatiran, kesibukan, atau kesenangan dunia, sehingga kita tidak lagi mendengarkan Dia. Sisihkan waktu setiap hari untuk membaca dan merenungkan firman-Nya. Pusatkanlah hati dan pikiran untuk mendengarkan suara-Nya.
Sunguh indah mendengarkan firman Tuhan dan mentaati kehendak-Nya!
Good morning. God bless you.
Andreas Loanka