RENUNGAN PAGI: Mazmur 24:1-10
Kita dipanggil untuk menjadi kudus dan tak bercacat di hadapan Allah. Istilah kudus dan tak bercacat oleh pemazmur dinyatakan dengan ungkapan “bersih tangannya dan murni hatinya”.
Bersih dan murni sangat penting dalam hidup manusia. Kita membutuhkan udara yang bersih dan murni untuk dapat hidup sehat. Kita pun membutuhkan air yang bersih dan murni untuk hidup bugar.
Bersih dan murni juga dibutuhkan dalam relasi kita dengan Allah. Pemazmur mengungkapkan suatu pertanyaan, yakni: “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?” Pertanyaan itu dijawabnya: “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu” (Mzm. 24:3-4).
Apa arti bersih tangannya dan murni hatinya? “Bersih tangannya”: Bersih: tidak bercela, terang, teruji, tidak bersalah. Tangan: perbuatan, kekuatan. Bersih tangan berarti melakukan apa yang benar dan tak bercela di hadapan Allah dengan segenap kekuatan. “Murni hatinya”: Murni: pilihan, bersih, tidak tercampur, jelas. Hati: motivasi, pikiran, dan keinginan. Murni hatinya berarti pikiran, motivasi atau keinginan yang ada di dalam diri manusia terus-menerus dibersihkan dan disiplinkan, sehingga apa yang keluar itu baik. Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya adalah orang yang bersih di luar dan murni di dalam.
Mengapa harus mempertahankan tangan yang bersih dan hati yang murni?
Pertama, karena keberadaan Allah. Dia adalah Pencipta yang Besar (Mzm. 24:1-2) dan Raja Kemuliaan (Mzm. 24:7-10), tetapi juga Allah yang kudus. Sebagai umat-Nya dan milik kepunyaan-Nya, sudah seharusnya kita hidup kudus (1 Pet. 1:16 ). Tuhan berfirman: ”Janganlah melanggar kekudusan nama-Ku yang kudus, supaya Aku dikuduskan di tengah-tengah orang Israel, sebab Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu” (Im. 22:32).
Kedua, untuk membangun hubungan yang intim dengan Allah. Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya yang bisa mendekat kepada Allah (Mzm. 24:3-4a). Sebaliknya, dosa dan pelanggaran kita menjadi penghalang yang besar di dalam berelasi dengan Allah (Yes. 59:1-2).
Ketiga, untuk membangun persekutuan yang hangat dengan sesama. Rupanya bersih tangan dan murni hati itu juga sangat dibutuhkan dalam membangun hubungan dengan sesama. Kepura-puraan dan kebohongan membuat hubungan manusia dengan sesamanya menjadi rapuh dan penuh curiga. Tetapi orang yang bersih tangannya dan murni hatinya tidak akan melakukan penipuan dan tidak mengucapkan dusta (Mzm. 24:4b). Ia bersih di luar dan murni di dalam. Hal itu menimbulkan kenyamanan dan kehangatan dalam berelasi dengan sesama.
Keempat, untuk kebaikan kita. Sama seperti orang yang menjaga kebersihan diri dan lingkungan akan memetik manfaatnya, demikian juga orang yang memelihara hati yang murni dan tangan yang bersih memetik kebaikan. Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan (Mzm. 24:5). Kebaikan yang kita peroleh bukan hanya keselamatan yang kekal di surga kelak, tetapi juga berkat-berkat Tuhan masa kini di dunia ini.
Di dalam menjalankan panggilan untuk menjadi kudus dan tak bercacat, hendaklah kita senantiasa memiliki tangan yang bersih dan hati yang murni di hadapan-Nya.
Ingatlah firman Tuhan: “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?” “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.” (Mazmur 24:3-4)
Good morning. God bless you.
Andreas Loanka