[RENUNGAN PAGI] Mazmur 90:12; Efesus 5:16-17
Orang yg menghitung waktunya sedemikian akan beroleh hati yang bijaksana, dan orang yang bijaksana akan menggunakan waktunya dengan baik.
Saat seseorang mau menghitung waktunya, ia akan sadar betapa singkat dan fana hidupnya. Bila hidup di dunia begitu singkat, apa yang dapat ia megahkan?
Musa pernah bermegah dalam segala kemewahan, kemuliaan dan kemasyuran sebagai pangeran di tanah Mesir. Itulah empat puluh tahun pertama kehidupannya. Waktu itu ia merasa diri hebat. (I am something).
Kmd ia terpaksa melarikan diri, karean secara hukum dia bersalah akibat membunuh seorg Mesir (Kel 2:11-15). Selama empat puluh tahun kedua Musa harus hidup menyepi di padang belantara. Ia hanya ditemani kambing, domba dan binatang-binatang yang tidak mengerti bahasanya. Di sanalah Musa sadar bahwa dia tidak ada apa-apanya. (I am nothing).
Akhirnya, setelah Musa berumur 80 tahun, Tuhan memanggilnya untuk memimpin umat Israel keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan. Dalam waktu empat puluh tahun ketiga itu, Musa tunduk pada pimpinan Allah dan melakukan tugas yang diperintahkan-Nya dengan baik dan setia. Allah pun bekerja secara luar biasa di dalam, bagi dan melalui Musa. Waktu itulah ia mengalami bahwa Tuhan adalah segala-galanya. (God is everything).
Musa yang telah melalui tiga periode waktu yg berbeda itu berseru, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mzm 90:12).
Orang yang memiliki hati yang bijaksana tidak lagi hidup untuk diri sendiri saja, melainkan ingin selalu memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama. Sebagaimana nasihat Paulus, orang yang arif bijaksana akan mempergunakan waktu yang ada dengan baik seturut kehendak Allah (Ef. 5:16-17).
Di awal tahun baru ini baiklah kita memohon agar Tuhan mengajar kita untuk menghitung hari-hari kita, sehingga kita beroleh hati yang bijaksana. Dengan hikmat bijaksana dari Tuhan marilah kita menggunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya.
Good Morning. Gσd вιзss you.
Andreas Loanka
