Selamat datang di blog saya,
Pdt. Dr. Andreas Loanka, S.Th., M.Div.
Semoga blog ini bisa menjadi berkat buat Anda.
1,740 views

Renungan Pagi: Matius 5:7 ; Lukas 6:36
 

Menurut cerita yang dikirim seorang teman, ada seorang hartawan setengah baya yang melewati sebuah desa terpencil dengan mobil mewahnya. Dari dalam mobil ia melihat seorang ibu yang mengumpulkan rumput sembari memakannya. 

Karena heran dengan apa yang dilihatnya, maka ia pun menghentikan mobilnya, turun dan menghampiri ibu tersebut. Dengan sopan ia bertanya, “Bu, mengapa ibu makan rumput?”

Ibu itu menjawab, “Saya ini seorang janda yang sangat miskin pak. Saya tidak punya uang untuk membeli beras. Maka rumput inilah yang dijadikan makanan.”

Mendengar itu sang Bapak berkata, “Kalau begitu marilah ke rumah saya Bu!”

Si Ibu merasa senang mendengar tawaran tersebut. Namun ia pun segera ingat pada anak-anaknya.  Maka katanya, “Tapi Pak… saya punya tiga orang anak!”

Mendengar perkataan ibu itu si Bapak berkata, “Sudahlah… tidak apa-apa. Ibu bawa saja semua anak-anak ibu sekalian!”

Lalu si Ibu memanggil anak-anaknya dan diajaknya naik ke mobil.  Mobil pun berjalan menuju rumah Bapak tersebut.

Didorong rasa terima kasih yang bercampur rasa penasarannya, maka dalam perjalanan si Ibu berkata, “Terima kasih Pak!  Kenapa Bapak baik sekali kepada kami?”

Dengan nada yang datar Bapak itu menjawab, “Ah nggak apa-apa Bu… Kebetulan rumput di rumah saya sudah panjang-panjang.”

Cerita itu adalah sebuah kisah. Tetapi bukankah cerita itu juga mencerminkan perlakuan sebagian orang terhadap kaum lemah dan papah?  Sepertinya bermurah hati, tetapi sebenarnya bertega hati.  Terdengar bemulut manis, tetapi sesungguhnya berhati pahit. Berpura-pura menolong, tetapi niatnya menodong.

Di awal cerita sepertinya Bapak itu adalah seorang yang murah hati, tetapi di akhir cerita barulah diketahui bahwa ia adalah seorang yang tega memanfaatkan orang yang susah untuk kepentingannya sendiri.

Dunia ini sudah jenuh dengan orang-orang yang tega hati dan hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri.  Dunia ini membutuhkan orang-orang murah hati yang mau memikirkan kesusahan orang lain dan bersedia memberi bantuan dengan tulus ikhlas.

Bukankah itu yang diajarkan oleh Tuhan Yesus?  Tuhan Yesus berkata: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu murah hati” (Luk 6:36). Ia juga berkata, “Berbahagia orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan”  (Mat 5:7).

Pada saat Tuhan Yesus berkata “berbahagia orang yang murah hati ….”  (Mat 5:7),  bahasa Aram yang dipakai untuk “murah hati” adalah “Khesed”. Kata “khesed” itu mengandung arti “kemampuan untuk menempatkan diri benar-benar di dalam posisi orang lain itu, sehingga dapat melihat segala sesuatu dengan mata orang itu, memikirkan dengan pikirannya dan merasakan dengan perasaannya.” Orang yang memiliki “khesed” bukan sekedar memberi karena memiliki uang lebih, apalagi punya niat memanfaatkan orang yang papah demi kepentingannya sendiri. Orang yang memiliki “khesed”  mau turut memahami dan merasakan kesusahan orang lain dan benar-benar ingin memberi pertolongan. Pemberian itu didasari kasih dan kemurahan.

Kemurahan hati adalah salah satu sisi dari buah Roh Kudus (Gal. 5:22-23). Kata yang dipakai dalam ayat itu adalah  “Krestotes” (Yun), yaitu suatu kebaikan atau kemurahan yang dilakukan untuk sesama. Kata ini dipakai 14 kali dalam PB. Dalam penggunaannya ada dua aspek yang penting untuk diperhatikan, yaitu: 1  Kebaikan/kemurahan itu berasal dari hati yang tulus ikhlas; 2. Itu berguna dan berfaedah.

Orang yang murah hati akan memberi dengan tulus ikhlas, tanpa mengharapkan balasan.  Ia memberi karena kasih dan kemurahan, sehingga tidak pernah punya niat memanfaatkan orang lain. Pemberiannya itu justru diarahkan untuk mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi orang lain.

Kemurahan hati itu membawa manfaat bagi orang lain dan memuliakan Allah Bapa di surga.  Contohnya perbuatan orang Samaria yang murah hati, yang mendatangkan manfaat bagi sesamanya dan memuliakan Allah (Luk. 10:33-37). Selain itu, kemurahan hati itu juga mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan bagi orang yang melakukannya (Amsal 11:17; 14;21).

Camkanlah apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan” (Mat. 5:7).

Good morning. God bless you.

Andreas Loanka

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...

Bermakna dan Berdamp

RENUNGAN PAGI: Matius 5:13-16 Injil Matius pasal 5 diawali dengan Delapan ...

Stop Labeling

RENUNGAN PAGI: 1 Samuel 16:1-13 dan Lukas 18:15-17 Labeling atau perilaku ...

Ketaatan Kepada Alla

RENUNGAN PAGI : Imamat 9:1-24 Para hamba Tuhan dan segenap umat ...

Api-Nya Harus Tetap

RENUNGAN PAGI : Imamat 6:8-13 Imamat 5 dan 7 berbicara tentang ...

Setia Memberitakan I

RENUNGAN PAGI : Kisah Para Rasul 28:17-28 Paulus menjadi tahanan rumah ...